Bersyukur dan Berbuah Dalam Kemurahan Allah
Kata syukur menurut Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia, berarti “pernyataan pujian dan terima kasih kepada Tuhan.” Rasa syukur yang bersumber dari dalam hati, karena merasakan betapa besar kemurahan Tuhan atas kehidupan kita. Rasasyukur yang tidak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Kalau meminjam istilah Rasul Paulus, “Damai sejahtera Allah, yang MELAMPAUI SEGALA AKAL, akan memelihara HATI dan PIKIRANmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7). Secara nalar, Rasul Paulus sudah tua, sakit-sakitan, hidup di dalam penjara dan terpisah dari komunitas orang-orang percaya dan murid-muridnya; secara nalar tidak mungkin dia dapat bersukacita dan bersyukur. Namun kenyataannya, dia tetap bersukacita dan bersyukur, karena Tuhan Yesus memberikan kepadanya perasaan damai sejahtera di dalam hatinya.
Memang mudah dikatakan, namun kenyataannya, tidak gampang melakukannya. Karena kita cenderung membanding-bandingkan kehidupnn kita dengan kehidupan orang lain. Orang bilang, “The grass looks greener on the other side of the fence.” Itulah yang terjadi dengan Yunus. Dia pikir, mengapa ketika hanya sekali saja tidak taat pada perintah Tuhan, dia di dihukum. Kapal yang ditumpanginya diterpa angin keras dan ombak besar, hampir tenggelam, bahkan ditelan dan terjebak selama 3 hari di perut ikan. Sementara orang-orang Niniwe yang jahat dan melakukan kekerasan justru diberi kesempatan bertobat, diampuni dosanya dan tidak jadi dihukum. Dia tidak ingat akan kebaikan Tuhan yang telah menyelamatkan dia di dalam perut ikan, bahkan mengutusnya lagi untuk mengingatkan bangsa Niniwe, meskipun dia juga pernah mengecewakan-Nya (Yunus 3:2). DIA
Demikian juga dengan orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16), Mereka tidak bersyukur ketika menerima upah sesuai perjanjian dan tepat waktu, karena membanding-bandingkan dirinya yang sudah bekerja sejak pagi hari, dengan yang pukul 9 dan pukul 12, bahkan yang pukul 5 sore, yang bekerja hanya 1 jam saja, tetapi menerima bayaran yang sama - 1 dinar (Matius 20:11, 12). Mereka tidak ingat akan kebaikan pemilik kebun anggur yang telah memberi kesempatan kerja dan memberi upah kepada mereka. Kita selalu melihat rumput di halaman tetangga lebih hijau dibandingkan dengan rumput di rumah kita sendiri, karena itu kita lebih banyak mengeluh dari pada bersyukur. Namun Rasul Paulus mengajarkan cara pandang yang berbeda kepada jemaat Filipi dan kita semua. Dia memandang kehidupan ini bukan hanyauntukkepentingannyasendiri,tetapirencana Kristusyangtelahmemberihidup kepadanya (Filipi 1:21). Karena itu, meskipun dia sadar dan tahu bahwa hidup bersama Kristus di sorga jauh lebih baik dari pada hidup di dunia yang penuh penderitaaan (Filipi 1:23), tetapi dia memilih untuk hidup di dunia (Filipi 1:24). Bahkan dikatakannya “lebih perlu”. Mengapa? Karena “kamu” yaitu orang-orang Filipi, supaya mereka “makin maju dan bersukacita dalam iman” (Filipi 1:25). Rasul Paulus, mensyukuri pengampunan dosa yang telah diterimanya dan panggilan untuk melayani Tuhan, dengan “bekerja memberi buah” (Filipi 1:22). Rasul Paulus tidak mau membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, tetapi fokus pada kasih Allah atas dirinya, karena itu dia tetap dapat bersyukur dalam keadaan sesusah dan sesulit apa pun, dengan Bersyukur dan Berbuah Dalam Kasih Allah. Kiranya Tuhan memberkati.