Berbuah Berlipat Ganda
Berbicara tentang buah yang bermutu, tentunya kita sedang membicarakan begitu banyak factor. Bibit, kondisi tanah, pupuk, serta perawatan menjadi factor-faktor yang penting untuk diperhatikan. Namun selain hal-hal tersebut, membicarakan tentang buah juga tidak boleh lepas dari satu hal yang paling penting yaitu, tentang siapa yang memberikan kehidupan.
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya melihat begitu banyak tanaman padi yang rusak karena hama wereng yang kemudian saya sambungkan dengan telah begitu banyaknya usaha yang dilakukan petani untuk menjaga tanaman mereka, saya melihat ada factor yang di luar jangkauan manusia. Pemberi Kehidupan. Ada begitu banyak usaha manusia untuk melangsungkan kehidupan, baik itu kehidupannya sendiri maupun kehidupan mahkluk hidup yang lain di sekitar manusia. Namun demikian, tak ada satupun manusia yang sanggup menambah sejengkal saja dari usianya, atau usia mahkluk hidup yang lainnya. Itulah sebuah realita dalam hidup yang harus terus diakui oleh manusia.
Berbuah berlimpah ganda adalah dambaan dari setiap ‘petani’ untuk ‘tanaman’ yang mereka sedang tanam. Oleh karena itu, perhatian demi perhatian dicurahkan sedemikian rupa. Tanah digemburkan segembur-gemburnya. Pupuk ditaburkan dengan ukuran yang cukup. Saluran air dibenahi. Hama-hama tanaman dibasmi sedemikian rupa. Dengan perhatian yang sempurna tersebut tinggal hal yang terakhir yang perlu dilakukan adalah, menyerahkan kepada Sang Pemberi Hidup.
Begitu juga dengan kehidupan manusia secara rohani. Boleh jadi kita telah mengusahakan segala sesuatu dalam hidup kita. Bekerja dengan semaksimal mungkin. Melayani dengan begitu setia. Namun, sebagai umat Tuhan, sudahkah kita peka mendengar suaraNya? Sudahkah kita membiarkan Tuhan yang menuntun setiap langkah hidup kita? Sudahkah kita bertumbuh di dalam Dia? Jangan sampai kehidupan kita hanya kita isi dengan berbagai aktifitas dan kita demikian sibuk dengan pelayanan kita, hingga kita tak mampu mendengar suaraNya. Jangan sampai buah yang kita hasilkan adalah buah-buah yang ‘kita inginkan’ bukan yang ‘Tuhan inginkan’.
Dengan melakukan apa yang Tuhan inginkan dan menyerahkan diri seutuhnya diri kita kepada Tuhan, maka buah yang kita hasilkan pun tak sekedar berlipat ganda, tetapi buah- buah yang memiliki kualitas.