Terbuka Dengan Cara Kerja Allah
Siapa yang bisa tahu cara berfikir Tuhan? Seperti halnya bangsa Israel dalam perjalanannya menuju ke tanah Kanaan seringkali berkeluh kesah kepada Musa dan Harun karena mereka seakan diperhadapkan pada sebuah dinding batu anti jebol. Bangsa Israel berkeluh kesah karena seakan masalah yang mereka hadapi tidak mungkin bisa diselesaikan, padahal seharusnya mereka bisa belajar dari masa lalu mereka.
Bagaimana Tuhan membebaskan mereka, menyeberangkan mereka, memberikan kepada mereka perlindungan, memberikan kepada mereka makan dan minum dan sebagainya. Namun, tidak jarang kita menemukan sebuah kesimpulan pendek untuk menilai cara fikir bangsa Israel, bebal. Ya, kita menilai bangsa Israel sebagai bangsa yang bebal karena mereka tidak bisa menyarikan cara kerja Allah yang terjadi dalam hidup mereka.
Dengan pengalaman bangsa Israel yang demikian, pada akhirnya kita menghindari orang lain untuk mengatakan ‘bebal’ pada kita. Oleh karena itu, akhirnya kitapun menggunakan kata yang seakan sangat religius, “saya berserah pada Tuhan”. Bukankah demikian? Sebagai contoh, mungkin kita pernah menjumpai seseorang dengan sakit tertentu, misalnya dia harus menjalani operasi tapi untuk menutupi ketakutannya akhirnya dia berkata, “tidak, saya tidak mau operasi, saya percaya mujizat Tuhan”. Pada satu sisi, sikap semacam ini wajar, namun tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Allah menghendaki kita untuk berjuang hingga akhir. Allah juga menghendaki kita untuk menghadapi segala hal dengan Iman dan percaya kepada Tuhan. Perjuangan dan iman yang kita perlihatkan merupakan wujud bagaimana kita terbuka pada cara kerja Allah. Allah yang menghendaki kita berjuang sekaligus berserah. Sudahkah kita memahami cara kerjaNya, ataukah kita hanya sekedar mendengar kata hati kita?