Bersedia Dipilih dan Diutus

Di dalam Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) 177 terdapat sebuah lagu pujian yang berjudul “Aku Tuhan Semesta”. Lagu tersebut merupakan sebuah lagu terjemahan (oleh Yamuger, 1998) dari sebuah lagu dan syair asli yang berjudul “I the Lord of Sea and Sky”. Hymn tersebut diciptakan oleh Daniel Schutte, SJ, pada tahun 1991, berdasarkan Yesaya 6:8. Berikut ini bait pertama dan refrein yang akrab kita dengar.

Aku Tuhan semesta,
Jeritanmu Kudengar.
Kau di dunia yang gelap
‘Ku s’lamatkan.
Akulah Pencipta t’rang; malam jadi benderang.
Siapakah utusanKu membawa t’rang?
Refrein:
Ini aku, utus aku! Kudengar Engkau memanggilku. Utus aku; tuntun aku;
‘Ku prihatin akan umatMu.

Sebuah lagu pujian yang memiliki makna begitu mendalam. Suara Tuhan dan manusia diperlihatkan ber- sahutan, Tuhan memperlihatkan kepada manusia betapa Agung dan Berkuasa Diri-Nya. Tuhan semesta alam yang begitu dahsyat ternyata begitu peduli pada jeritan manusia. Setiap permasalahan manusia didengar olehNya. Dari dunia yang kelam karena dosa, Dia selamatkan manusia. Tak berhenti di situ saja, ternyata dalam rangka mendatangkan Damai Sejahtera ke dalam dunia, Dia yang adalah Sang Pencipta Terang ingin mengikutsertakan manusia di dalamnya.

Tuhan tidak memperdulikan betapa rapuh dan lemahnya manusia. Tuhan juga tidak hitung-hitungan da- lam mengajak manusia untuk turut serta dalam Karya-Nya. Dia mengajak semua manusia yang bersedia untuk andil dan bekerja bersamaNya. Hal itulah kemudian yang Nampak dalam lirik, Siapakah utusanKu membawa t’rang? Refrein lagu pujian tersebut kemudian memperlihatkan komitmen dari manusia.

Yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa banyak di antara kita yang mampu meresapi lagu ini? lagu yang memiliki lirik yang begitu dalam ini kadang-kadang hanya terucap begitu saja. Lirik di bagian refrein belum bisa dengan sepenuh hati kita lakukan. Di saat Dia mengajak kita turut serta dalam karyaNya, dengan banyak alasan(sibuk, sakit, kerja, tidak ada waktu, tidak ada kendaraan, dll.) kita mengatakan, Ini aku, utus dia saja Tuhan.

Seperti Serafim yang mendatangi Yesaya dan mengatakan bahwa kesalahan Yesaya telah dihapus dan dosanya telah diampuni dan kemudian ditanggapi dengan perkataan Yesaya, “ini aku, utuslah aku!”Bukankah kita juga telah mengalami pengampunan dan penghapusan dosa melalui Tuhan Yesus Kristus? Pertanyaan selanjutnya adalah, bersediakan kita DIPILIH dan DIUTUS-NYA tanpa banyak per- tanyaan lagi?