Bersaksi Akan Karya Keselamatan Allah

Bacaan : Amsal 8:1-4, 22-31, Mazmur 8, Roma 5:1-5, Yohanes 16:12-16

Fenomena tindak kekerasan akhir-akhir ini sering terjadi di negeri ini. Baik kekerasan seksual maupun pembunuhan dan tindak kekerasan-kekerasan lainnya. Kita merasa miris, was-was dan khawatir dengan kejadian-kejadian yang hampir setiap hari ditayangkan di media. Berbagai responpun bermunculan: dunia pendidikan menyerukan akan perlunya diberikan lagi pelajaran “budi pekerti” di sekolah. Sebagian masyarakat menuding kemajuan teknologi (internet) sebagai pemicunya. Organisasi-organisasi keagamaan seperi NU dan Muhamadiyah didesak (mengingat posisi strategisnya) untuk membahas issue kekerasan terhadap perempuan. Issue hukuman mati bagi pemerkosaan, ada lagi issue hukuman kebiri dan masih banyak lagi respon-respon yang lain menanggapi fenomena yang terjadi saat ini. Hal-hal tersebut memicu kita untuk bertanya : lalu apa peran kita sebagai anak-anak Allah menanggapi fenomena ini? Gereja akan kehilangan maknanya jika kita orang-orang percaya tidak menjadi garam dan terang bagi dunia.

Tema kita pada Ibadah hari Minggu ini “Bersaksi Akan Karya Keselamatan Allah”, menjadi sangat relevan untuk menanggapi fenomena tersebut. Oleh Tema ini pula kita didorong untuk merefleksi dan mengevaluasi diri : sudahkah kita bersaksi dalam keselamatan Allah?

Yang pertama untuk menjadi refleksi adalah mengapa kita harus bersaksi? Dalam Injil Yohanes 16: 13 dikatakan bahwa Roh kebenaran akan memimpin kita ke dalam kebenaran dan Roh itu akan memberikan kepada kita hah-hal yang akan dating, dengan pimpinan Roh Kudus dalam bersaksi kita menjadi tidak miris, was-was dan khawatir lagi menghadapi fenomena sekarang maupun yang akan datang. Mengapa kita harus bersaksi, karena Roh Kuduslah yang memimpin kita dan supaya dunia mengenal keselamatan yang dari Allah. Sebagai anak-anak Allah yang menerima keselamatan kita dituntut untuk bersaksi mewartakan berita keselamatan kepada dunia, sehingga kehidupan damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus (Roma 5:1) bisa dirasakan dan dialami juga oleh dunia.

Kedua adalah bagaimana kita harus bersaksi. Surat Roma menggambarkan bahwa kita malah bermegah dalam kesengsaraan. Apa maksudnya? Rasul Paulus sadar betul akan resiko penderitaan adalah konsekuensi yang harus diterima karena mengikut Yesus. Bagi orang yang mengakui penyelamatan melalui Tuhan Yesus, bermegah bukan untuk diri sendiri dengan mengharapkan pujian dan sanjungan, tetapi bermegah bagi Allah sendiri sehingga nama Allah dipermuliakan (Roma 5: 3). Rasul Paulus juga mengajar kita untuk bertekun dan tahan uji dalam bersaksi.

Pemazmur pada ayat 2 dan 10 berkata “betapa mulianya namaMu diseluruh bumi” dan pada ayat 3-5 digambarkan keberadaan manusia yang demikian kecil dan hina, dari ayat-ayat tersebut mengajar kita untuk “tahu diri”. Dan pada ayat 6-9 digambarkan “manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat” ini menggambakan “harga diri manusia”. Dalam perpaduan keduanya (tahu diri dan harga diri) inilah sikap kita dalam bersaksi.

Marilah kita bersatu dalam doa untuk negeri tercinta ini, kiranya Bapa Sorgawi memberikan kedamaian, kehidupan yang rukun dalam keanekaragaman.

Selamat bersaksi Tuhan Yesus Memberkati (bdu)